Oleh : Dewi Raihanasyah (Biologi 2007)
Assalamu’alaikum wr.wb.
Teman2 ku seperjuangan dalam
syiar kampus kita di SITH…. Berikut ada suatu teladan yang subhanallah
sekali, yaitu sedikit cerita tentang kemuliaan Fatimah Az-Zahra à
orang yang paling dicintai Rasullullah SAW. Semoga bisa menjadi
renungan kita bersama dan meneladani akhlaknya yang indah, Sehingga kita
bisa masuk dalam daftar orang-orang yang dicintai Rasulullah Saw….
Amin…..
Pada suatu hari di Madinah, ketika Nabi Muhammad berada di masjid
sedang dikelilingi para sahabat, tiba-tiba anaknya tercinta Fatima,
yang telah menikah dengan Ali –prajurit umat Islam yang terkenal– datang
pada Nabi. Dia meminta dengan sangat kepada ayah nya untuk dapat
meminjam seorang pelayan yang dapat membantunya dalam melaksanakan tugas
pekerjaan rumah. Dengan tubuhnya yang ceking dan kesehatannya yang
buruk, dia tidak dapat melaksanakan tugas menggiling jagung dan
mengambil air dari sumur yang jauh letaknya, di samping juga harus
merawat anak-anaknya.
Nabi tampak terharu mendengar permohonan si anak, tapi sementara itu
juga Beliau menjadi agak gugup. Tetapi dengan menekan perasaan, Beliau
berkata kepada sang anak dengan sinis, “Anakku tersayang, aku tak dapat
meluangkan seorang pun di antara mereka ya ng terlibat dalam pengabdian
‘Ashab-e Suffa. Sudah semestinya kau dapat menanggung segala hal yang
berat di dunia ini, agar kau mendapat pahalanya di akhirat nanti.” Anak
itu mengundurkan diri dengan rasa yang amat puas karena jawaban Nabi,
dan selanjutnya tidak pernah lagi mencari pelay an selama hidupnya.
Fatima Az-Zahra si cantik dilahirkan delapan tahun sebelum Hijrah di
Mekkah dari Khadijah, istri Nabi yang pertama. Fatima ialah anak yang
keempat, sedang yang lainnya: Zainab, Ruqaya, dan Ummi Kalsum. Fatima
dibesarkan di bawah asuhan ayahnya, guru dan dermawan yang terbesar bagi
umat manusia. Tidak seperti anak-anak lainnya, Fatima mempunyai
pembawaan yang tenang dan perangai yang agak melankolis. Badannya yang
lemah, dan kesahatannya yang buruk men yebabkan ia terpisah dari
kumpulan dan permainan anak-anak. Ajaran, bimbingan, dan aspirasi
ayahnya yag agung itu membawanya menjadi wanita berbudi tinggi,
ramah-tamah, simpatik, dan tahu mana yang benar.
Fatima, yang sangat mirip dengan ayahnya, baik roman muka maupun dalam
hal kebiasaan yang saleh, adalah seorang anak perempuan yang paling
diayang ayahnya dan sangat berbakti terhadap Nabi setelah ibunya
meninggal dunia. Dengan demikian, dialan yang sang at besar jasanya
mengisi kekosongan yang ditinggalkan ibunya.
Pada beberapa kesempatan Nabi Muhammad SAW menunjukkan rasa sayang
yang amat besar kepada Fatima. Suatu saat Beliau berkata, “O… Fatima,
Allah tidak suka orang yang membuat kau tidak senang, dan Allah akan
senang orang yang kau senangi.”
Juga Nabi dikabarkan telah berucap: “Fatima itu anak saya, siapa yang
membuatnya sedih, berarti membuat aku juga menjadi sedih, dan siapa
yang menyenangkannya, berarti menyenangkan aku juga.”
Aisyah, istri Nabi tercinta pernah berkata, “Saya tidak pernah berjumpa
dengan sosok probadi yang lebih besar daripada Fatima, kecuali
kepribadian ayahnya.”
Atas suatu pertanyaan, Aisyah menjawab, “Fatima-lah yang paling disayang oleh Nabi.”
Abu Bakar dan Umar keduanya berusaha agar dapat menikah denga Fatima,
tapi Nabi diam saja. Ali yang telah dibesarkan oleh Nabi sendiri,
seorang laki-laki yang padanya tergabung berbagai kebajikan yang langka,
bersifat kesatria dan penuh keberanian, kesal ehan, dan kecerdasan,
merasa ragu-ragu mencari jalan untuk dapat meminang Fatima. Karena
dirinya begitu miskin. Tetapi akhirnya ia memberanikan diri meminang
Fatima, dan langsung diterima oleh Nabi. Ali menjual kwiras (pelindung
dada dari kulit) milikn ya yang bagus. Kwiras ini dimenangkannya pada
waktu Perang Badar. Ia menerima 400 dirham sebagai hasil penjualan, dan
dengan uang itu ia mempersiapkan upacara pernikahannya. Upacara yang
amat sederhana. Agaknya, maksud utama yang mendasari perayaan it u
dengan kesederhanaa, ialah untuk mencontohkan kepada para Musllim dan
Musllimah perlunya merayakan pernikahan tapa jor-joran dan serba pamer.
fatima hampir berumur delapan belas tahun ketika menikah dengan Ali.
Sebagai mahar dari ayahnya yang terkenal itu, ia memperoleh sebuah
tempat air dari kulit, sebuah kendi dari tanah, sehelai tikar, dan
sebuah batu gilingan jagung.
Kepada putrinya Nabi berkata, “Anakku, aku telah menikahkanmu dengan
laki laki yang kepercayaannya lebih kuat dan lebih tinggi daripada yang
lainnya, dan seorang yang menonjol dalam hal moral dan kebijaksanaan.”
Kehidupan perkawinan Fatima berjalan lanjcar dalam bentuknya yang sangat
sederhana, gigih, dan tidak mengenal lelah. Ali bekerja keras tiap hari
untuk mendapatkan nafkah, sedangkan istrinya bersikap rajin, hemat, dan
berbakti. Fatima di rumah melaksanak an tugas-tugas rumah tangga;
seperti menggiling jagung dan mengambil air dari sumur. Pasangan
suami-istri ini terkenal saleh dan dermawan. Mereka tidak pernah
membiarkan pengemis melangkah pintunya tanpa memberikan apa saja yang
mereka punyai, meskipun mereka sendiri masih lapar. Sifat penuh
perikemanusiaan dan murah hati yang terlekat pada keluarga Nabi tidak
banyak tandingannya. Di dalam catatan sejarah manusia, Fatima Zahra
terkenal karena kemurahan hatinya.
Pada suatu waktu, seorang dari suku bani Salim yang terkenal
kampiun dalam praktek sihir datang kepada Nabi, melontarkan kata-kata
makian. Tetapi Nabi menjawab dengan lemah-lembut. Ahli sihir itu begitu
heran menghadapi sikap luar biasa ini, hingga ia m emeluk agama Islam.
Nabi lalu bertanya: “Apakah Anda berbekal makanan?” Jawab orang itu:
“Tidak.” Maka, Nabi menanyai Muslimin yang hadir di situ: “Adakah orang
yang mau menghadiahkan seekor unta tamu kita ini?” Mu’ad ibn Ibada
menghadiahkan seekor unta. Nabi sangat berkenan hati dan melanjutkan:
“Barangkali ada orang yang bisa memberikan selembar kain u ntuk penutup
kepala saudara seagama Islam?” Kepala orang itu tidak memaki tutup sama
sekali. Sayyidina Ali langsung melepas serbannya dan menaruh di a tas
kepala orang itu. Kemudian Nabi minta kepada Salman untuk membawa orang
itu ke tempat seseorang saudara seagama Islam yang dapat memberinya
makan, karena dia lapar.
Salman membawa orang yang baru masuk Islam itu mengunjungi beberapa
rumah, tetapi tidak seorang pun yang dapat memberinya makan, kearna
waktu itu bukan waktu orang makan.
Akhirnya Salman pergi ke rumah Fatima, dan setelah mengetuk
pintu, Salman memberi tahu maksud kunjungannya. Dengan air mata
berlinang, putri Nabi ini mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada makanan
sejak sudah tiga hari yang lalu. Namun putri Nabi itu en ggan menolak
seorang tamu, dan tuturnya: “Saya tidak dapat menolak seorang tamu yang
lapar tanpa memberinya makan sampai kenyang.”
Fatima lalu melepas kain kerudungnya, lalu memberikannya kepada
Slaman, dengan permintaan agar Salman membawanya barang itu ke Shamoon,
seorang Yahudi, untuk ditukar dengan jagung. Salman dan orang yang baru
saja memeluk agama Islam itu sangat terharu. Dan orang Yahudi itu pun
sangat terkesan atas kemurahan hati putri Nabi, dan ia juga memeluk
agama Islam dengan menyatakan bahwa Taurat telah memberitahukan kepada
golongannya tentang berita akan lahirnya sebuah keluarga yang amat
berbudi luhur.
Salman balik ke rumah Fatima dengan membawa jagung. Dan dengan
tangannya sendiri, Fatima menggiling jagung itu, dan membakarnya menjadi
roti. Salman menyarankan agar Fatima menyisihkan beberapa buath roti
intuk anak-anaknya yang kelaparan, tapi dijawab bahwa dirinya tidak
berhak untuk berbuat demikian, karena ia telah memberikan kain
kerudungnya uitu untuk kepentinga Allah.
Fatima dianugerahi lima orang anak, tiga putra: Hasan, Husein, dan
Muhsin, dan dua putri: Zainab dan Umi Kalsum. Hasan lahir pada tahun
kegia dan Husein pada tahun keempat Hijrah. Muhsin meninggal dunia waktu
masih kecil.
Fatima merawat luka Nabi sepulangnya dari Perang Uhud. Fatima
juga ikut bersama Nabi ketika merebut Mekkah, begitu juga ia ikut ketika
Nabi melaksanakan ibadah Haji Waqad, apda akhir tahun 11 Hijrah.
Dalam perjalanan haji terakhir ini Nabi jatuh sakit. Fatima tetap
mendampingi beliau di sisi tempat tidur. Ketika itu Nabi membisikkan
sesuatu ke kuping Fatima yang membuat Fatima menangis, dan kemudian Nabi
membisikkan sesuatu lagi yang membuat Fatima tersenyum. Setelah nabi
wafat, Fatima menceritakan kejadian itu kepada Aisyah. Ayahnya
membisikkan bertia kematianya, itulah yang menyebabkan Fatima menangis,
tapi waktu Nabi mengatakan bahwa Fatima-lah orang pertama yang akan
berkumpul dengannya di alam baka, maka fatima menjadi bahagia.
Tidak lama setelah Nabi wafat, Fatima meninggal dunia, dalam tahun itu
juga, eman bulan setelah nabi wafat. Waktu itu Fatima berumur 28 tahun
dan dimakamkan oleh Ali di Jaat ul Baqih (Medina), diantar dengan
dukacita masyarakat luas.
Fatima telah menjadi simbol segala yang suci dalam diri wanita, dan pada konsepsi manusa yang paling mulia. Nabi sendiri menyatakan bahwa Fatima akan menjadi “Ratu segenap wanita yang berada di Surga.”
0 comments:
Post a Comment