Oleh : Nur Isna (Biologi 2007)
Kalau teman-teman diminta membakar
uangnya demi suatu hal yang merugikan kesehatan tubuh, mau melakukannya
tidak? Tentu saja tidak kan. Karena bukan hanya kesehatan saja yang
dirugikan, tapi keadaan kantong juga. Hehe..:D Daripada seperti itu,
lebih baik uangnya ditabung atau digunakan untuk memenuhi biaya hidup
teman-teman, apalagi anak kosan atau asrama. Tapi, tahukah kalian? Masih
ada saja orang yang mau melakukan hal itu, baik sadar maupun tidak. Oh
ya? Iya, dan bukan cuma segelintir orang yang melakukan hal itu.
Orang-orang seperti itu dapat dijumpai cukup sering loh! Sebenernya apa
sih yang sedang saya bicarakan ini? Mungkin itu yang ada di pikiran
teman-teman skearang ya. Okay, to the point aja ya..Yang sedang saya
bicarakan itu adalah MEROKOK!!!
Merokok bisa diibaratkan membakar uang
demi hal yang sia-sia. Orang yang membeli rokok hanya membelinya untuk
dibakar saja, sama seperti membakar uang. Memang sih biasanya orang
membeli rokok tidak hanya untuk dibakar namun juga untuk dihisap. Tapi,
ada juga orang-orang yang tidak menghisapnya. Cukup dengan membakar
sebatang rokok, perasaan mereka bisa menjadi tenang. Entahlah, mungkin
karena aroma rokok yang telah melekat di hidung dan otak mereka sehingga
otaknya telah terstimulus menjadi lebih rileks bila mencium aroma
rokok. Padahal tidak sedikit dari mereka yang mengerti bahayanya
merokok. “Berasa ada yang kurang kalo sehari gak ngerokok.”, begitu
pendapat beberapa orang teman saya yang seorang perokok. Bagi mereka,
rokok sudah seperti candu. Baru bisa rileks kalau sudah merokok, baru
bisa PD kalau sudah merokok, adalah beberapa alasan dari orang-orang
untuk tetap merokok meskipun mereka sadar risiko merokok.
Menurut saya, orang yang merokok adalah
orang yang egois, apalagi kalau merokok di tempat umum. Kenapa saya bisa
berkata seperti itu? Karena orang yang merokok biasanya tidak
memikirkan perasaan orang lain yang tidak suka dengan bau dan asap
rokok. Yang ada di benak mereka biasanya, “Ah, biarin..yang penting saya
senang merokok!”. Rasanya paling greget kalau orang yang merokok di
dalam angkutan umum dan asapnya ditebar kemana-mana. Iiiih, bawaannya
pengen ngejitak orang itu. Gimana kalo ternyata di dalam angkutan umum
itu ada seorang penderita asma dan dia tidak tahan terhadapa asap rokok.
Kalo asmanya kumat dan parah, berani tanggung jawab??
Terkadang saya memberikan kode secara
tidak langsung bahwa saya tidak suka dengan rokok. Bila seorang perokok
merokok di angkutan umum, saya langsung batuk-batuk. Bukan pura-pura,
tapi memang asap rokok terasa menusuk dan menyakitkan untuk paru-paru
saya. Bikin tenggorokan gatal dan pengen batuk buat mengeluarkannya.
Alhamdulillah dengan cara saya itu ada sebagian orang yang mengerti dan
langsung mematikan rokoknya. Tapi itu cuma sebagian kecil, sisanya?
Wuiiihh..malah makin dahsyat dia mengepulkan asap rokoknya. Serasa
mendapat tantangan dari saya. Orang-orang seperti itu yang membuat saya
harus semakin rapat menutup mulut dan hidung, serta mengurut dada. Yah,
saya pikir sih ini salah satu kesempatan untuk beramal dengan bersabar:D
Tapi, kadang kalo memang sedang jengkel, di otak saya terpikir beberapa
ide kriminal sperti ingin rasanya memasukkan rokok itu ke mulutnya. Kan
kasihan kalo dia sudah membeli rokok, tapi asapnya dibuang-buang,
mending ditelan saja biar puas..puas..puas…hehehehe :P
Budaya merokok nampaknya tidak bisa lepas
dari kehidupan orang Indonesia. Liat saja di stasiun tivi, kalau
mewawancarai seseorang, meskipun rakyat kecil namun mereka tetap dapat
merokok dan menampakkan hal tersebut di depan kamera. Sepertinya
kebanyakan orang lebih memilih tidak makan daripada tidak merokok.
Padahal manfaat di balik rokok itu hampir tidak ada bila dibandingkan
dengan manfaat makanan. Anehnya, meskipun kampanye anti merokok cukup
gencar, namun jumlah orang yang merokok tetap saja banyak. Dan yang
paling penting, meskipun telah diciptakan undang-undang anti merokok di
fasilitas umum, seperti kendaraan umum, pada kenyataannya masih banyak
saja orang yang melanggar. Seakan-akan peraturan hanyalah formalitas
belaka, tanpa ada tindakan lebih lanjut.
Merokok diidentikkan dengan kejantanan,
berani, dan gagah. Padahal dibalik itu semua, merokok hanya akan merusak
kesehatan, terutama bagi kaum wanita. Namun, sekali lagi, anehnya tetap
saja cukup banyak dijumpai wanita yang merokok. “Merokok sudah menjadi
bagian dari gaya hidup.”, begitulah antara lain kalimat mereka untuk
berkilah. Seakan-akan orang yang tidak merokok adalah orang yang tidak
gaul dan sulit untuk diterima dalam pergaulan.
Banyak orang yang bilang, bahwa rokok
sudah menjadi bagian penting dalam perekonomian Indonesia. Lihat saja,
banyak pabrik rokok di Indonesia. Pabrik tersebut tidak hanya
mendatangkan devisa namun juga menyedot tenaga kerja manusia.
Iklan-iklan rokok yang ditampilkan di berbagai media pun sangat menarik,
bahkan hampir tidak terlihat bahwa itu adalah iklan rokok. Berbagai
cara digunakan untuk menarik minat masyarakat terhadap rokok. Menurut
saya, hal itu seperti mengemas racun dengan label madu. Rokok dengan
segudang bahan kimia berbahaya penyusunnya dikemas sedemikian rupa
sehingga berkesan baik-baik saja. Padahal merokok dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit, seperti pesan pemerintah: Merokok dapat
menyebabkan kanker, impotensi, gangguan kehamilan dan janin.
Orang yang merokok tidak hanya merugikan
dirinya sendiri, melainkan orang-orang yang berada dalam lingkungannya.
Orang yang paling menderita karena ulah para perokok adalah orang-orang
yang berada di lingkungan perokok, yang biasa disebut perokok pasif.
Perokok pasif memiliki resiko terkena penyakit akibat rokok yang lebih
besar daripada perokok aktif. Hal ini dikarenakan jumlah asap yang
dihirup perokok pasif lebih banyak daripada perokok aktif. Tentu saja
ini diakibatkan asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif lebih
banyak daripada asap yang dihirup perokok aktif selama menghisap rokok.
Secara tidak langsung perokok aktif bertanggung jawab dalam menyakiti
fisik perokok pasif. Hiii, berarti secara tidak langsung para perokok
sudah mendzalimi orang-orang sekitarnya. Kalo misalnya dibales ama Allah
gimana ya?
Ngerokok bener-bener gak ada manfaatnya
deh. “Saya jadi lebih PD and rileks kok setelah merokok!!”, hm..kalo
rokoknya abis terus jadi gak PD and rileks lagi? Cuma sesaat donk
manfaatnya, hanya kenikmatan semu. Kalo itu doank manfaatnya mah masih
bisa digantiin ama yang lain. Masih ada alternatif lain yang jauh lebih
baik daripada merokok. Kalo pengen rileks bisa dicoba tuh aromaterapi,
bikin sendiri dari kulit jeruk yang dikeringkan misalnya ato istirahat
aja juga bisa. Biar PD? Bukan dengan ngerokok lah..justru harus
meyakinkan diri sendiri bahwa kamu bisa, minta juga dukungan moril dari
temen ato keluarga. Semua orang tuh punya potensi masing-masing, trus
dicari and diasah aja. Kalo misalnya kamu gak jago gambar, siapa tau
kamu jago nyanyi. Orang yang ngerokok itu justru nunjukin kalo dirinya
itu gak PD. So, masih pengen ngerokok???
0 comments:
Post a Comment