Oleh : Priza (Biologi 2006)
QWERTY. Zaman
serba digital kaya gini tentu semua orang sudah lazim ngengunain tipe
kibor yang satu ini. Praktis alat ini setia menemani sang empunya buat
ngerjain berbagai aktivitas, seperti ngetik laporan, chatting, ngeblog,
ngisi BulBo buat yang doyan Friendster, nge-tag temen-temen di
album foto buat yang seneng berFacebook ria, bahkan sampai sekedar main
game untuk melepas jenuh dan penat, seperti game Street Fighter yang konon dapat membuat keyboard anda meloncat-loncat ke sana ke mari (lepas dari papan tutsnya =D ).
Buat
urusan ketik-mengetik, Gak diraguin lagi alat ini sungguh bisa
diandalkan. Cara masing-masing orang menjamahi si papan huruf ini pun
berbeda-beda, tergantung seberapa lama anda telah bergaul dengannya. Ada
yang pake komplit 10 jari ada juga yang menggunakan jurus pamungkas ala
juru mesin tik—menggunakan jurus sebelas jari….
Terlepas dari semua itu, bila kita perhatiin ternyata ada beberapa hal unik yang dimiliki kibor.
Pertama…
Kita
bisa sebut papan ini sebagai ”keyboard” bila semua tutsnya ada, atau
dengan kata lain semua huruf dan komponen lainnya hadir.
Kedua…
Saat
menekan tuts, coba anda rasakan apa yang terjadi? Saat tuts ditekan,
ternyata tuts itu muncul terangkat kembali. Buat temen-temen yang punya
keyboard virtual mungkin bukan masalah. Tapi, bagaimana jadinya bila
tuts tidak terangkat lagi?
Nah… dari kedua hal tersebut mungkin keyboard dapat kita personifikasikan sebagai manusia.
Dari poin pertama,
mungkin teman-teman pernah merasa gimana repotnya bila salah satu tuts
tidak berjalan saat teman-teman tengah mengerjakan laporan. Sempat
terpikir juga untuk membeli yang baru bukan? Hilang satu komponen, bisa
jadi fungsi keseluruhan komponen hilang juga.
Memang
beberapa tuts ada yang berperan dominan, dan ada juga yang kurang
berperan. Tapi hal itu bukan masalah yang besar, soalnya suatu tuts bisa
berperan tergantung pada kondisi dan situasi yang tepat.
Ngetik artikel pake bahasa Jawa, kemungkinan besar kehadiran tuts ”O” hukumnya wajib mutlak, wajib tak bersyarat….
Klo ngetik pake basa Sunda, sangat mungkin tuts ’F’ dan ’V’ tidak tersentuh oleh jemari sang empu.
Lain
lagi kalo kita ngetik Jurnal Ilmiah pake bahasa Jerman atau Perancis,
dua tuts diatas wuih…. jangan ditanya deh pentingnya (hmmm… rada sotoy
juga sih sebenarnya xD).
Nah, ternyata semua komponen diciptakan untuk memiliki peranan masing-masing, sekecil apapun peranannya. Besar
atau kecilnya peranan komponen tersebut tergantung pada situasi dan
kondisi yang tepat. pelajaran lain yang penting adalah bahwa tiap
komponen tuts yang hadir punya rasa percaya kepada saudara-saudara
tutsnya yang lain bahwa mereka bisa menjalani perannya dengan baik untuk
mencapi tujuan bersama.
Untuk poin ke-2,
seperti layaknya sang keyboard, bila diberi tekanan tentu kita harus
berani menghadapinya dan mampu untuk bangkit lagi. Layaknya pula sebuah
pegas, bila dijatuhi beban maka ia akan memantulkan kembali benda
tersebut sambil merenggangkan dirinya, makin berat beban yang diterima,
makin tinggilah renggangan yang ia berikan.
Nah begitulah teman-teman… kibor
pun udah mengajarkan kita filosofi tentang kehidupan; bagaimana kita
menjalani hidup dalam satu kesatuan yang saling bergantung, dan seperti yang bung kibor contohkan, jangan pernah merasa rendah diri, gak bisa, gak berdaya kalo ngadepin masalah, karena kita semua ada bersama teman-teman yang lain yang tentu siap membantu. So.. tetep sehat, tetep semangat supaya kita bisa ngeblog bareng lagih, poko’e ma’nyos…
0 comments:
Post a Comment