Oleh : Indra Chandra (Bi’06)
Seorang laki-laki dengan mata tertutup
mencoba berjalan di dalam sebuah rumah. Langkah pertama berjalan mulus.
Langkah-langkah selanjutnya mulai tidak teratur. Dia mulai menendang
tempat sampah yang terletak di salah satu sudut ruangan. Isinya
berhamburan sehingga membuat kotor lantai rumah. Kemudian kepalanya
terantuk tangga. Selang beberapa saat, kakinya keseleo karena salah
menginjak undakan yang ada di hadapannya.
Dalam beberapa menit, laki-laki itu
membuat ruangan menjadi berantakan, letak barang-barnag pun jadi
berubah. Belum lagi luka tubuh akibat benturan dan tabrakan dengan benda
keras dan tajam. Jatuh dari tangga, kepala terbentur, dan badan
terantuk membuatnya ragu untuk melangkah kagi. Akhirnya dia memilih diam
di tempat, karena merasa setiap langkahnya mengandung resiko tinggi dan
dia tidak siap menghadapinya. Agar lebih aman, dia memilih berdiri diam
mematung.
Begitulah kira-kira gambaran orang yang
tidak mendapatkan cahaya dalam hidup ini. Hati yang tidak tersinari
cahaya kebenaran akan membuatnya ragu untuk melangkah bahkan dia pun
tidak berani untuk mundur. Orang seperti demikian tidak mampu melakukan
evaluasi diri dan dia tidak punya kemampuan untuk memperbaikinya karena
selama hidupnya penuh dengan keraguan dan ketidaktahuan. Dunianya gelap,
tidak mampu melihat mana yang benar dan salah. Hidupnya tidak beraturan
karena tidak memiliki panduan hidup yang jelas.
”Dan janganlah kamu percaya melainkan
kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah, sesungguhnya petunjuk
yang harus diikuti ialah petunjuk Allah” (Q.S Ali -’Imran :73)
Panduan inilah yang mahal. Kekayaan bagi
kita adalah hidayah Ilahi yang harus disyukuri. Bersyukurlah karena kita
dianugerahi cahaya kebenaran. Jika tidak, setiap langkah akan sangat
merepotkan dan membuat kita cemas, was-was, dan tindak tanduk kita tidak
terkendali. Orang yang jauh dari cahaya kebenaran akan akrab dengan
ketakutan; takut tidak mendapat bagian, takut mati, takut oleh manusia;
takut melangkah dan takut segalanya. Akibatnya hidupnya penuh dengan
kepanikan.
Orang yang jauh dari agama dan jauh dari
al-qur’an akan sengsara. Semua yang dimilikinya hanya akan menghinakan
dirinya. Oleh karena itu, jika ingin menikmati hidup ini, maka minta dan
syukurilah karunia terbesar dari Allah, yaitu dibukakan hati kepada
ilmu agama. Wallahu’alam.
0 comments:
Post a Comment