Event

Event
Kegiatan mahasiswa yang akan, sedang, dan telah dilakukan.

Info dan Pengumuman

Info dan Pengumuman
Info tentang organisasi, anggota, majelis ilmu, dan berita eksternal lainnya.

Wahana Berpendapat

Wahana Berpendapat
Silahkan menyampaikan saran, kritik, dan pendapatnya.

cover photo

cover photo

Memiliki dan Menjadi

| Monday, December 7, 2009
Oleh : Andini Warih (Biologi 2007)


Assalamu’alaikum… aLooooha para pengunjung bazaar ilmu Al-Hayaat… Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan sebuah tulisan. Sebelumnya maaf ya bagi semua teman-teman karena saya telat mengirimkan artikel ini. hehehehe….

KISAH INI HANYA PIKTIP BELAKA APABILA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH DAN LOKASI KEJADIAN HAL TERSEBUT MERUPAKAN SUATU KETIDAKSENGAJAAN YANG DISENGAJA …

selamat menikmati.



#kasus 1

Saudagar Gibran (bukan nama sebenarnya) membangun vila megah dilereng bukit. Pemandangannya indah dan udaranya segar. di tempat lain beliau masih mempunyai dua buah villa lagi yang juga megah. (maklum tajir, hahaha….) Namun, belum tentu dua bulan sekali pak Gibran sempat menginap di salah satu vilanya karena ia sangat sibuuuuk sekali. Praktis villa tersebut sangat sepi. Sementara itu, Bang Oji (bukan nama sebenarnya) sekeluarga, orang yang dibayar untuk menunggu villa tersebut justru menikmati kemegahan bangunan dan kesegaran udaranya. Meskipun saudagar Gibran jarang sekali menikmati villanya, bahkan harus mengeluarkan uang untuk orang yang menungguinya, dia tetap puas dan bangga karena dia memiliki villa itu. Di rumahnya ada sepuluh mobil. Anggota keluarga saudagar Gibran hanya lima orang. Maka ada mobil yang jarang terpakai yaitu mobil yang paling mahal. Mobil mahal tersebut hanya dipakai pada acara-acara kehormatan saja. Meskipun jarang dipakai namun perawatan dan pajak membutuhkan biaya yang sangat besar, saudagar Gibran telah puas sebagai pemilik.



#kasus 2

Ada seorang petani tua, pak AduL namanya (bukan nama sebenarnya). Suatu hari, ia menanam pohon asam dan pohon mangga dikebunya dekat jalan. Waktu berlalu dan pohon itu dirawat dengan cermat. Tingkah laku Pak AduL yang aneh membuat heran saudagar Gibran yang lewat dengan kereta kencananya. Ia heran mengapa kenapa pohon yang baru akan berbuah dan memberikan hasil bertahun-tahun lamanya ditanam pak AduL? Bukankah pak AduL sudah bau tanah? (parah lo geb, hehoho…) Kenapa tidak menanam pohon yang siap dipanen dalam waktu dekat saja?

Coba cermati ucapan Pak AduL, ”Saya sekarang sudah bau tanah (bau banget duL!!!). Ketika pohon besar dan berbuah mungkin saya sudah meninggal, (ooooooh…..). Tetapi pohon itu akan tetap bermanfaat. Orang yang lewat bisa berteduh, anak-anak bisa bermain sambil memanjat dan memetik buahnya”. Nah, kepuasan pak AduL bukan karena memiliki melainkan karena dapat memberi.

Sahabatku, dari dua kasus diatas dapat kita lihat bahwa dalam hidup ini ada orang-orang yang puas karena memiliki dan menguasai tetapi ada orang-orang yang menemukan kepuasan karena dapat memberi. Berdasarkan hal tersebut orientasi manusia dapat dibedakan menjdi dua yaitu orientasi ”memiliki” dan orientasi ”menjadi”. Masing-masing memiliki dampak yang sangat berbeda. Ciri utama orientasi memiliki adalah cenderung melakukan setiap orang dan setiap hal menjadi miliknya. Memiliki berarti menguasai dan memperlakukan sesuatu sebagai objek. Segala sesuatu dibendakan atau diperlakukan seperti benda. Orang yang memiliki orientasi seperti ini tidak bisa hidup dengan dirinya sendiri karena bergantung pada simbol-simbol yang menjadi miliknya. Kepuasan saudagar Gibran ini hanya pada kepemilikannya bukan pemanfaatannya. Ketika miliknya hilang maka ia merasa eksistensinya juga hilang. Semakin banyak yang dimiliki maka ia akan semakin sombong dan apabila hanya sedikit yang dimiliki maka ia akan kuarng percaya diri.

Berbeda dengan orientasi memiliki (to have) pada orientasi menjadi ini mendorong orang melakukan aktivitas yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri dengan tujuan yang jelas serta membawa perubahan yang berguna secara sosial. Sikap ini menuntun kita untuk membuang sikap memeningkan diri sendiri. Orientasi menjadi mengharuskan adanya memberi, membagi dan berkorban. Orientasi memiliki berarti jalan menurun sedangkan orientasi menjadi berarti jalan mendaki. Jalan mendaki adalah jalan pengorbanan untuk mencapai puncak tujuan sedangkan jalan menurun adalah jalan yang mudah dan menyenagkan karena menurut ego kita. Hayooo, berpikir sejenak dan pastikan kita termasuk yang mana, orientasi ”memiliki” atau orientasi ”menjadi” ya??? hmmmm…

Jika kita kembali apada ajaran agama maka apa-apa yang kita punya di dunia ini hanyalah milik Allah dan kepada-Nya lah semua akan dikembalikan.



CARILAH KEBAHAGIAAN DENGAN CARA MEMBAHAGIAKAN ORANG LAIN. CARILAH KESENANGAN DENGAN CARA MENYENANGKAN ORANG LAIN.

Mohon maaf ya kalu ada kesalahan karena sesunguhnya Yang Maha Benar hanyalah Allah…
Makasi yaaa…. nantika artikel saya berikutnya…

Aufwiedersehen….

”Wahai sahabatku, kuharap Allah akan memegangmu erat, malaikat akan menjagamu selalu tidak hanya membuatmu baik-baik tetapi agar kamu mendapat segala yang terbaik”.
amiin….

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © 2010 Al-Hayaat | Design by Dzignine