Oleh: Okta Noviantina (Biologi 2007)
Langkah kaki ini dibawaNya ke tempat itu.
Sebuah peringatan, sebuah penyadaran nikmat yang dilupakan, sebuah
kontemplasi tentang kehidupan. Semilir angin membawa bau yang kian
tercekat. Segerombol anak duduk di tepian gundukan sampah, sambil
bersenda gurau,tak hiraukan bau yang keluar dari gundukan sampah di sisi
mereka. Ya, karena disanalah mereka hidup.
“Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Pasar Ciroyom, masih menyisakan tempat untuk ulasan
senyuman mereka. Disana, walau tidak layak mereka huni, tetapi penuh
naungan kasih sayang yang seyogyanya mereka terima, mereka butuhkan.
Kehidupan yang mereka jalani, menjadi warna tersendiri. Hidup dari
karya, hidup dari tenaga, hidup dari ketegaran, yang bahkan kita sendiri
belum tentu sanggup memikulnya.
“Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Terjebak dalam kaleng-kaleng lem yang
mereka hisap. Sekedar pelarian diri dari penatnya kehidupan yang mereka
jalani. Jauh dari sanak keluarga, jauh dari kehidupan yang serba nyaman,
jauh dari hangatnya naungan. Persamaan nasib itu yang menjadikan mereka
bersaudara. Senyuman tetap mereka bagikan, bahkan kepada orang yang
enggan memberikan hal serupa kepadanya.
“Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Kawanku, masih ada saudara kita di luar
sana tidak mendapatkan hal serupa yang kita dapatkan. Saudaraku, masih
ada sahabat kita di luar sana yang hidup dengan keadaan seadanya, tidur
beratapkan langit, beralaskan bumi. Dingin malam yang menusuk tulang,
menjadi selimut tidur malam mereka. Jeratan kehidupan malam
mendekadansikan norma-norma kehidupannya. Mereka hidup tanpa batasan
peraturan. Jangan kau bebankan kesalahan padanya, tapi salahkan kita
yang enggan merasa bersama mereka, salahkan kita yang enggan berbagi
dengan mereka. Maka, kutunjukkan ini bagimu saudaraku, sudikah dirimu
berbagi dengan mereka? Untuk itu, kutunggu dirimu di pernaungan
Bersahaja itu.
Masih tersisa dalam hati kita, rasa sayang pada sesama. Berikan mereka sebuah asa, pengharapan hidup yang sederhana. Bukti cinta Allah kepada kita, menebar di atas muka dunia. Namun kasih diantara kita, kurnia yang dilimpahkanNya
0 comments:
Post a Comment