Oleh : Dodi Ade Wahyu (Mikrobiologi 2008)
Pasar, selain sebagai tempat terjadinya 
transaksi jual beli ternyata juga menyimpan banyak realita mengenai 
kehidupan anak jalanan, diantaranya Pasar Ciroyom. Saat saya menemui 
anak jalanan di Pasar Ciroyom, di dalam hati saya bertanya-tanya 
darimana mereka berasal dan mengapa mereka bisa menjadi seperti itu.
Permasalahan anak jalanan ternyata cukup 
kompleks. Hal pertama yang akan kita perhatikan saat pertama bertemu 
mereka adalah kebiasaan “ngelem” mereka. Entah darimana kebiasaan ini 
bermula. Hampir semua anak jalanan ini terbiasa menghirup lem sejenis 
Aibon setiap harinya. Hampir semua, dari yang masih anak-anak sampai 
yang besar. Kebiasaan “ngelem” sudah menjadi candu
 dalam hidup mereka. Pagi, siang, malam, bahkan untuk bisa tidur pun 
mereka harus menghirup lem. Dengan penghasilan dari mengamen, membantu 
pedagang pasar, atau pekerjaan lainnya mereka dapat menghabiskan uang 
mereka untuk membeli lem yang berharga Rp 1.500,- berkaleng-kaleng 
setiap harinya. Mereka menikmati itu.
Kebiasaan “ngelem” mungkin hanya sebuah 
efek atau sebagai pelarian mereka dari  yang kehidupan mereka sebagai 
anak jalanan. Anak jalanan di Ciroyom ternyata berasal dari berbagai 
daerah. Ada yang dari Cimahi, Padalarang, Garut, dan daerah-daerah 
lainnya. Mereka menuju Ciroyom yang merupakan tempat yang ramai untuk 
mengamen atau mencari pekerjaan lainnya, hingga akhirnya mereka tidur 
dan tinggal disana. Anak-anak jalanan yang saya temui berusia dari 7 
sampai 17 tahun. Kebanyakan dari mereka ada yang yatim, piatu, yatim 
piatu, tetapi ada pula yang masih memiliki orang tua. Orang tua mereka 
ada yang tidak peduli dengan mereka atau banyak pula yang berasal dari 
keluarga yang berantakan. Kondisi-kondisi seperti itu membuat mereka 
akhirnya memilih untuk menjalani hidup di jalanan, yang membuat mereka 
semakin kuat dalam kehidupan yang keras. Mengamen, meminta-minta, 
ngelem, tidur di pinggir-pinggir jalan atau kolong gerobak, begitulah 
kehidupan mereka.
Akan tetapi ada satu hal bisa disyukuri, 
beberapa tahun terakhir disana telah terdapat sebuah rumah belajar bagi 
anak jalanan yang bernama Rumah Belajar Sahaja. Keberadaan rumah belajar
 itu dan orang-orang yang mengurusnya cukup dapat membantu permasalahan 
anak jalanan. Di rumah belajar itu biasanya anak-anak jalanan diajarkan 
membaca, menulis, dan menghitung. Orang-orang disana juga yang biasanya 
menyita lem dari anak-anak jalanan yang ditemui. Di bulan Ramadhan ini 
mereka juga membagikan makanan untuk sahur dan berbuka untuk anak-anak 
jalanan yang berjanji akan berpuasa, sebuah pendidikan yang cukup baik. 
Orang-orang rumah belajar cukup mengenal anak-anak jalanan di Ciroyom. 
Mereka bisa tegas kepada anak-anak yang sering berbohong untuk 
mendapatkan makanan, tidak seperti kita yang mudah luluh saat melihat 
wajah memelas mereka meminta makan. Keberadaan rumah belajar itu menjadi
 sistem kontrol dan pendidikan yang baik bagi para anak jalanan. Akan 
tetapi, mereka masih membutuhkan banyak dukungan untuk dapat 
mempertahankan keberadaannya.
Anak-anak jalanan yang saya temui 
sebenarnya anak-anak yang baik. Perilaku mereka cukup sopan terhadap 
para pengurus rumah belajar, begitu juga pada saya dan teman-teman saat 
mengunjungi mereka. Mereka juga memiliki kemauan untuk belajar. Mereka 
hanya kurang beruntung dalam hidupnya.
Ada beberapa solusi yang dapat diberikan untuk anak-anak jalanan di Pasar Ciroyom, yaitu:
- Rumah belajar yang telah ada harus dapat dimaksimalkan fungsinya.
 - Bangunan rumah belajar perlu diperbesar dan dibuat lebih nyaman agar para anak jalanan senang beraktifitas disana dan dapat belajar dengan nyaman.
 - Menyumbangkan buku-buku ke rumah belajar, seperti buku cerita atau buku pengetahuan. Biasanya anak-anak seperti itu akan tertarik dengan buku-buku bergambar. Jika mereka menjadi sering membaca di rumah belajar maka aktifitas mereka lebih mudah dikontrol dan meminimalisir aktifitas negatif.
 - Menambah tenaga pengajar di rumah belajar agar interaksi belajar mengajar dengan para anak jalanan menjadi lebih sering.
 - Mengadakan kegiatan pelatihan keterampilan di rumah belajar untuk para anak jalanan agar mereka memiliki keterampilan yang mungkin dapat mereka gunakan untuk mencari uang.
 
Menutup jalur penjualan lem bagi mereka 
dan secara bertahap mengurangi kebiasaan “ngelem” yang mereka lakukan. 
Jika bisa kita mengganti kebiasaan “ngelem” dengan sesuatu yang lain 
yang tidak merusak tubuh.

0 comments:
Post a Comment