Pernahkah Anda
 menonton film Final Destination, baik seri yang pertama kedua atau 
ketiga? Bila belum, pernahkah Anda merasakan kejadian yang begitu dekat 
dengan kematian? Di salah satu bagian dari film tersebut, ada satu 
petikan kalimat yang cukup membuat saya berpikir sejenak, yakni “bahwa 
sebenarnya hidup kita dipenuhi oleh berbagai ancaman kematian bagi 
kita”.
Mungkin kalimat 
tersebut terdengar sedikit klise dan abstrak oleh kita, namun sebenarnya
 saya pernah merasakan hal tersebut. Suatu ketika saat saya pulang 
kampung alias mudik, saya dengan keluarga saya menggunakan mobil pribadi
 saat perjalanannya. Seperti menjadi budaya di Indonesia, bahwa mudik 
identik dengan keramaian dan kemacetan di jalanan, terutama pada jalur 
pantura (Pantai Utara) yang menjadi rute perjalanan kami sekeluarga, 
sehingga kendaraan yang dikemudikan oleh Bapak saya berada pada kelajuan
 yang sedang.
Pada suatu tempat di 
malam hari, yakni jalur rel kereta api yang melintasi jalan mobil kami, 
kendaraan kami dengan lancar dapat berjalan menuju lintasan rel kereta 
api tersebut. Namun belum sampai mobil kami melintasi rel kereta api 
tersebut secara penuh tiba-tiba mesin mobil kami mati. Awalnya kami 
tidak terlalu panik menghadapi kejadian ini, namun yang membuat kami 
sangat terpetanjat adalah bunyi sirine atau semacam bel penanda kereta 
api akan melintasi rel dalam hitungan menit.
Kontan akibat bunyi 
sirine tersebut seisi mobil kami langsung berada dalam kondisi yang 
sangat histeris. Bahkan kakak sepupu saya yang biasanya tenang dalam 
menghadapi berbagai kondisi terlihat raut muka pucatnya, seraya berucap 
istighfar berulang-ulang. Tante saya tidak kalah terlihat panik, begitu 
juga dengan ayah saya yang terlihat sangat gugup, sehingga secara tidak 
sadar usaha beliau untuk menyalakan kembali mesin mobil sia-sia karena 
berkali-kali beliau menstarter mobil namun mesin mobil tidak kunjung 
menyala. Saya pikir pengguna jalan lainnya pun memperhatikan dengan 
perasaan cemas ke arah mobil kami karena mobil kita tidak kunjung 
bergerak di tengah peringatan sirine kereta petugas pos rel kereta api. 
Penjaga dalam pos tersebut pun terlihat jelas oleh saya berdiri dari 
tempat duduknya untuk mengawasi mobil kami yang tetap diam dan beliau 
pun tidak menutup palang rel agar mobil kami tidak benar-benar terjebak 
di tengah rel kereta api tersebut. Pikiran saya pun juga sangat kacau. 
Saya berpikir bahwa satu-satu jalan yang terbaik untuk menyelamatkan 
hidup kita sekeluarga adalah dengan mengajak untuk segera keluar dari 
mobil. Namun, ajakan saya tersebut akhirnya tidak terjadi setelah Ibu 
saya mengetahui apa penyebab mobil kami tidak bisa dinyalakan, yakni AC 
(Air Conditioner) mobil masih dalam keadaan menyala, sehingga beliau 
langsung mematikan AC dan mobil langsung menyala saat di starter oleh 
Bapak saya. Mobil kami pun akhirnya dapat keluar dari rel kereta api 
dengan selamat, sementara saya dapat melihat dari kejauhan lampu kereta 
api semakin mendekat.
Alhamdulillah, saya dan
 keluarga saya masih dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat 
berakibat fatal bagi kita, bahkan dengan konsekuensi terbesar : 
Kematian. Saya hingga sekarang masih ingat detail kejadian tersebut, dan
 emosi saya juga terkadang ikut terlibat bila mengetahui fakta bahwa 
para teman dan saudara saya sudah mendahului saya untuk menghadap 
kepada-Nya.
Satu pelajaran bahwa 
tidak perlu kita jauh berpikir bahwa ancaman kematian selalu berada pada
 kondisi yang penuh dengan kejahatan, peperangan, terorisme, serta 
berbagai kondisi berbahaya lainnya. Saat ini, dimana pun Anda berada, 
juga memiliki potensi yang berbahaya untuk diri Anda serta keselamatan 
jiwa Anda. Bahwa kita tidak dapat memprediksi apa yang akan benar-benar 
terjadi pada diri kita 1 tahun yang akan datang, 1 bulan yang akan 
datang, 1 hari yang akan datang, bahkan 1 detik yang akan datang. Semua 
sudah tertulis dalam ketentuan-ketentuan Allah SWT, mengenai 
detail-detail biografi kita. Saat ini kita hanya bisa berusaha, berdo’a 
dan tawakkal untuk meraih apa yang diita-citakan oleh sebagian besar 
muslim, yakni “Menjadi pemenang akhir”.

0 comments:
Post a Comment