بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
 
 
"Dan  Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya  lalu Kami  tumbuhkan  dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman  yang  diketa, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang  yang  bersusun- susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan  Kami  hidupkan dengan air itu  tanah yang mati (kering). Seperti itulah   terjadinya kebangkitan". (QS. Qaaf : 9 - 11)
 
 
Bagaimana  kabar teman-teman semua? Sehat kan? Waah, sudah lama nih saya tidak  menulis lagi di sini. Rasanya sangat kangen untuk bisa menulis dan  membagi cerita yang harapannya dapat bermanfaat dan menginspirasi..
 
Kali  ini saya akan mengupas mangga (eh bukan), maksudnya membahas tentang  suatu benih. Kenapa soal benih/bibit? Karena ini berhubungan dengan  kegiatan KP (Kerja Praktek) yang saya lakukan. Ada pepatah, siapa yang  menebar benih maka dia akan menuai hasilnya. Ungkapan ini benar, tetapi  ternyata ada hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu bukan hanya siapa  yang menebar benih, tetapi di mana dia menebar benih. Ya begitulah  kira-kira. Silahkan kencangkan sabuk pengaman dan dudukan sandaran kursi  anda (eh), pastikan cahayanya cukup untuk membaca.
 
 
Teman-teman  tentu sering lihat tanaman-tanaman di sekitar kita. Setiap tanaman  memiliki sumber keragaman genetik yang disebut plasma nutfah (tenang,  bukan kuliah kok..). Nah tentu tahu dong kalo tanaman itu dapat  bereproduksi secara seksual dan menghasilkan biji. Nah dari biji inilah  yang akan berkecambah dan dapat tumbuh menjadi individu baru, tetapi....
Tetapi  apa? Kenapa? Ya, itu sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan  eksternal (lingkungan). Proses ini disebut dengan  perkecambahan/germinasi yang dimulai dari proses imbibisi (masuknya  air). Proses tersebut akan memberikan sinyal sehingga terjadilah  serangkaian proses di dalam tubuh (subhanallah ya, kompleks sekali).  Hasil akhirnya adalah tanaman tersebut berkecambah dan akan tumbuh  hingga dewasa. Itu idealnya.
 
 
Akan tetapi, ada hal  yang membatasi proses ini. Apakah itu? Itu adalah faktor lingkungan  (eksternal) yang terdiri dari berbagai hal antara lain cahaya matahari,  suhu, kelembaban, substrat (tanah, dll), dan lainnya. Tanpa ada  lingkungan yang sesuai, maka biji tersebut akan sangat sulit  berkecambah. Bahkan tak jarang ada yang berdiam (dorman) hingga  menemukan lingkungan yang tepat. Bisa dibayangkan kan nasib si biji  kalau berada di lingkungan yang tidak pas? Dzat yang kecil itu ternyata  sangat bergantung dengan lingkungan. Apabila benar-benar tidak mendapat  lingkungan yang baik, bisa saja biji tersebut kehilangan kemampuannya  untuk berkecambah dan mati.
 
 
Lalu apa yang bisa  kita ambil dari kejadian tersebut? Wah ternyata kondisi lingkungan itu  berpengaruh ya terhadap baik-buruknya kehidupan tanaman. Ini juga  mempengaruhi kita sebagai manusia loh ternyata. Tentu saja, karena ada  dua aspek yang dapat membentuk perilaku makhluk hidup, yaitu genetik dan  lingkungan. Mengenai pengaruh lingkungan, terdapat hadits Rasulullah :
 
"Seorang laki-laki di atas agama  sahabat dekatnya, maka hendaknya seseorang di antara kalian melihat kepada siapa dia bersahabat" [1]
 
Apa maksud hadits di atas?
 
Yaitu  bahwa kualitas agama seseorang, baik dan buruknya, baik dari sisi  pemahaman dan pengamalan, tergantung keadaan sahabat dekatnya.  Jika  sahabatnya itu shalih, maka  dia akan terkena imbas baiknya pada  kehidupan dan kepribadiannya, begitu juga sebaliknya.
 
Nah,  tentu ini sangat berkaitan dengan kondisi lingkungan kan? Karena kita  akan dapat menemukan orang-orang yang shaleh untuk menjadi teman di  lingkungan yang baik dan mendukung tentunya. Lingkungan yang shaleh  berisi orang-orang shaleh, sedangkan lingkungan yang penuh maksiat tentu  diidominasi orang-orang yang bermaksiat.
 
Wah jadi kita  harus pilih-pilih lingkungan dan teman bergaul dong? Jelas lah. Kalau  ingin kecipratan bau minyak wangi ya kita bergaul dengan penjual minyak  wangi, masa bergaul dengan tukang las. Kecuali kalau tukang lasnya juga  menjual minyak wangi (eh). Kita tentu harus bersyukur, karena kita  sebagai manusia memiliki pilihan, berbeda dengan si kecambah. Dia hanya  pasrah terhadap lingkungan yang akan membawa dirinya. Kalau baik maka  baiklah dia, kalau buruk maka sulitlah dia. Oleh karena itu, kita harus  memilah dan memilih, tidak cuma sampah, tapi juga lingkungan pergaulan  kita. Mau kan jadi orang shaleh? Mau lah. Yuk mari kita berusaha memilih  lingkungan yang dapat membuat kita jadi lebih baik sehingga kita  semakin dekat kepada Allah. Apabila belum dapat, mari kita tetap  berusaha dan berharap Allah menguatkan kita.
 
 
Demikianlah tulisan ini saya buat, semoga dapat menginspirasi dan memberikan manfaat bagi teman-teman semua. 
Mohon    maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan, hal ini disebabkan oleh    kelemahan dan kurangnya ilmu dalam diri ini. Semoga Allah senantiasa    menunjukkan jalan yang terbaik dan meneguhkan hati kita semua dalam    ketaatan kepada Allah. Aamiin.
 
Wallahu a'lam bishshawab
 
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS.Al Insyirah:5-6)
 
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
 
 
1. Hadits ini diriwayatkan oleh:
- Imam Abu Daud dalam Sunan-nya, Kitabul Adab Bab Man Yu’maru An Yujaalisa, No. 4833
- Imam At Tirmidzi dalam Sunan-nya, Kitab Az Zuhd ‘an Rasulillah Bab Maa Jaa’a fi Akhdzil Maal bihaqqihi, No. 2378
- Imam Ahmad dalam Musnad-nya No. 8417, dengan lafaz: “Al Mar-u (seseorang) ‘ala diini khalilih ...dst”
- Imam Al Hakim dalam Al Mustadrak-nya No. 7320, dengan lafaz: “Al Mar’u ‘ala diini khalilih ...dst”
- Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 9436
- Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hinda dalam Kanzul ‘Ummal, No. 24777
- Imam ‘Abdu bin Humaid dalam Musnad-nya No. 1431
Hadits  ini dihasankan oleh Imam At Tirmidzi. (Lihat Sunan At Tirmidzi No.  2378), dishahihkan oleh Imam An Nawawi. (Lihat Riyadhush Shalihin, Hal.  139), Imam Al Hakim dan Imam Adz Dzahabi mengatakan: “Shahih, Insya  Allah.” (Al Mustadrak ‘alash Shahihain No. 7320), Syaikh Syu’aib Al  Arnauth mengatakan: “Isnadnya jayyid (baik).” (Ta’liq Musnad Ahmad No.  8471), Syaikh Al Albani mengatakan: “hasan.” (Lihat Shahihul Jami’ No.  3545, As Silsilah Ash Shahihah No. 927, )
 
 
Sumber :
 
Farid, 2012. "Seseorang Tergantung Agama Kawan"
http://www.islamedia.web.id/2012/03/seseorang-tergantung-agama-kawan.html. Diakses pada tanggal 10 Juni 2012.
