Event

Event
Kegiatan mahasiswa yang akan, sedang, dan telah dilakukan.

Info dan Pengumuman

Info dan Pengumuman
Info tentang organisasi, anggota, majelis ilmu, dan berita eksternal lainnya.

Wahana Berpendapat

Wahana Berpendapat
Silahkan menyampaikan saran, kritik, dan pendapatnya.

cover photo

cover photo

Semangat Untuk Maju

| Thursday, June 7, 2012

Pada tanggal 20 Mei 1908, lebih dari seabad yang lalu, sebuah organisasi bernama Boedi Utomo didirikan. Organisasi ini beranggotakan mahasiswa-mahasiswa kedokteran Indonesia yang sedang belajar di STOVIA,  sekolah kedokteran di Batavia yang menjadi cikal-bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Berdirinya Boedi Utomo, bersama Sumpah Pemuda yang diikrarkan 20 tahun kemudian (28 Oktober 1928), merupakan awal dari munculnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan. Oleh karena itu, tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).

Jika tanggal 17 Agustus merupakan klimaks dari perjuangan Bangsa Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan (dan awal dari perjuangan sangat keras untuk mempertahankannya), maka tanggal 20 Mei menandakan awal dari perjuangan tersebut. Oleh karena itu, tanggal 17 Agustus disebut sebagai “Hari Raya Kemerdekaan” dan tanggal 20 Mei disebut sebagai “Hari Peringatan”. Harkitnas diperingati untuk mengingatkan bangsa Indonesia bahwa dulu kita semua pernah terjajah dan terpecah-belah, sampai kita bangkit dan memperjuangkan kemerdekaan kita.

Setelah lebih dari seabad, tentunya bangsa ini secara perlahan tapi pasti telah berusaha mewujudkan cita-citanya. Para penjajah akhirnya pergi, negara kita akhirnya merdeka. Hore! Tapi tetap saja, meski kini telah 66 tahun merdeka, masih saja ada yang bertanya “apakah bangsa Indonesia sudah benar-benar merdeka?”, lalu mundur lebih jauh lagi “apakah bangsa Indonesia sudah benar-benar bangkit?”.

Kedua pertanyaan ini sudah menjadi pertanyaan klise, jawabannya tentu saja “Ya, kita telah merdeka. Ya, kita telah bangkit.”. Adapun pertanyaan “apakah kemerdekaan dan kebangkitan tersebut sudah dapat kita maknai dengan baik?”, now that’s an entirely different question.
Menurut Pak Acep Iwan Saidi (Ais), salah seorang dosen FSRD, dalam artikelnya yang dimuat di KOMPAS, kebanyakan dari kita masih menganggap waktu sebagai sekedar siklus, bukan sebagai pergerakan menuju ke arah yang lebih baik. Tanggal 20 Mei tahun ini akan berulang lagi tahun depan, dan tahun depannya lagi, begitu seterusnya. Harkitnas hanyalah tanggal merah yang akan ada lagi tahun depan.

Dalam artikelnya yang lain, Pak Ais juga mengatakan kalau sikap seperti ini menjadikan matinya narasi di negara kita. Tahu, kan apa itu narasi? Di buku pelajaran Bahasa Indonesia, narasi didefinisikan sebagai gaya tulisan yang menceritakan suatu peristiwa dalam urutan waktu. Plot dalam narasi terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu dalam cerita. Bila kondisi bangsa Indonesia tidak kunjung membaik dari satu Harkitnas ke Harkitnas selanjutnya, maka kita semua akan berakhir jadi patahan-patahan ahistoris yang mengambang. Seakan hidup dalam limbo, di luar narasi, di luar waktu.

Ajaran Islam menekankan pentingnya menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Diam di tempat saja sudah dikategorikan sebagai rugi, apalagi mundur. Bangsa Indonesia sudah lebih dari seabad bangkit, jangan sampai kita menjadi bangsa yang rugi, apalagi terlaknat. Naudzubillahimindzalik.

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © 2010 Al-Hayaat | Design by Dzignine